BAB IX
PENENTUAN SUHU MAUT
MIKROORGANISME
SUHU MAUT
9.1.
Tujuan percobaan
- Menentukan
suhu maut (derajat panas) yang mematikan moikroorganisme.
9.2.
Tinjauan
Pustaka
Suhu adalah satu faktor yang terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan, multiplikasi dan kelangsungan hidup dari semua organisme hidup.
Suhu yang rendah umumnya memperlambat metabolisme seluler, sedangkan suhu yang
lebih tinggi meningkatkan taraf kegiatan sel. Tetapi tiap organisme memiliki
batas suhu terendah, batas suhu tertinggi, batas-batas terhentinya tumbuh, dan
suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi. Ketiga batas suhu ini dinamakan
suhu cardinal (titik kardinal).[1]
Laju kematian termal didefinisikan sebagai suhu dimana
organisme akan mati
setelah 10 menit pada kondisi yang
terkontol. Suhu ini umumnya dikenal sebagai titik kematian termal (thermal
death point).
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: kandungan air dalam
medium, kandungan air pada organisme, konsentrasi ion hidrogen pada medium,
komposisi medium, umur sel, ada tidaknya spora dalam kultur dari organisme
pembentukan spora dan suhu inkubasi untuk recovery
kultur. Perubahan satu atau lebih faktor tersebut akan mengubah laju
kematian termal.
a.
Kandungan air dalam medium
Bakteri mati karena
panas diyakini disebabkan oleh koagulasi protein pada protoplasma. Semakin besar kadar air akan semakin rendah suhu yang
dibutuhkan untuk membunuh bakteri. Panas yang lembab, akan lebih efektif
sebagai agensia sterilisasi daripada panas yang kering.
b.
Kandungan air pada organisme
Micrococci yang kering atau lembab jika dipanaskan pada kondisi
lemnbab akan sedikit tahan, jika dipanaskan pada lemak yang lembab, resistensi
akan meningkat. Micrococci kering
tetap tahan pada sterilisasi secara
umum.
c. Konsentrasi ion hydrogen dalam medium.
Pada umumnya untuk
membunuh mikrobia lebih mudah pada
reaksi medium yang asam atau alkalis,
sedang dalam medium netral waktu yang diperlukan untuk membunuh lebih lama.
Umumnya pada derajat asam atau basa yang lebih besar dibutuhkan suhu yang lebih
rendah untuk membunuh bakteri. Bakteri yang bersifat acid fast merupakan
pengecualian karena tahan pada pemanas dengan kondisi asam untuk periode
tertentu dimana pada suasana basa bakteri tersebut telah mati. Hal ini
disebabkan bakteri tersebut dilindungi oleh kapsul dari lilin ini akan dirusak
pada suasana basa.
d.
Komposisi medium
Komposisi medium
memegang peran penting dalam menentukan laju kematian termal. Medium yang
mengandung konsentrasi protein tinggi biasanya akan meningkatkan suhu yang
dibutuhkan untuk merusak bakteri. Bentuk protein yang mengelilingi organisme,
akan melindunginya dari pengaruh yang tidak diharapkan.
e. Umur sel
Umur sel juga
mempengaruhi laju kematian termal. Sel yang tua umumnya lebih tahan panas.
f. Adanya tidak spora
Bakteri-bakteri yang
tidak membentuk spora dan bentuk-bentuk vegetatif biasanya mati pada suhu
60-70% pada panas yang lembab. Spora dapat tahan sampai suhu 100% atau lebih.
Spora dan sel vegetatif dan spesies yang berbeda dan strain yang berbeda pada
satu spesies menunjukkan ketahanan terhadap panas yang berbeda. Ketahanan sel
vegetatif tidak ada kaitannya dengan ketahanan spora.
Waktu kematian termal (thermal death time) merupakan waktu
yang dibutuhkan untuk membunuh mikrobia pada suatu suhu. Waktu kematian termal
dan titik kematian termal mempunyai arti yang penting dalam industri
pengalengan makanan.[2]
Bakteri E. coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran pencernaan manusia
maupun hewan. E. coli pertama kali
diisolasi oleh Theodor Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885.
Bakteri ini berbentuk batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 μm, termasuk gram
negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak
membentuk spora, serta fakultatif anaerob

Gambar 9.2.1 Escherchisa Coli
Struktur sel
E. coli dikelilingi oleh membran sel,
terdiri dari sitoplasma yang mengandung nukleoprotein Membran sel E. coli ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul.
Flagela dan pili E. coli menjulur
dari permukaan sel. Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk
membedakan serotipe golongan E. coli adalah dinding
sel, kapsul dan flagela. Dinding sel E. coli berupa lipopolisakarida yang bersifat diklasifikasikan sebagai antigen
K. Flagela E. coli terdiri dari
protein yang bersifat antigenik dan dikenal sebagai antigen H. Faktor virulensi
E. coli juga disebabkan oleh enterotoksin,
hemolisinkolisin, siderophor dan
molekul pengikat besi.
Bakteri E. coli dapat membentuk koloni pada saluran pencernaan manusia maupun hewan
dalam beberapa jam setelah kelahiran. Faktor predisposisi pembentukan koloni
ini adalah mikroflora dalam tubuh masih sedikit, rendahnya kekebalan tubuh,
faktor stres, pakan, daninfeksi agen patogen lain. Kebanyakan E. coli
memiliki virulensi yang rendah dan bersifatoportunis. Ditjenak
(1982) melaporkan bahwa E. coli keluar
dari tubuh bersama tinja dalam jumlah besar serta mampu bertahan sampai
beberapa minggu.Kelangsungan hidup dan replikasi E. coli
di lingkungan membentuk koliform. E. coli tidak tahanterhadap keadaan kering atau desinfektan biasa. Bakteri ini
akan mati pada suhu 60°C selama 30menit.[3]
9.3.
Alat dan Bahan
A. Alat - alat yang
digunakan:
-
beakerglass
-
deckglass
-
gelas ukur
-
incubator
-
kaca
preparat
-
mikroskop
-
pipet tetes
-
pipet
volumetrik
-
tabung reaksi
-
thermometer
-
waterbath
|
B.
Bahan - bahan yang digunakan:
-
kaldu
nutrisi
-
Escherichisa
Coli
|
9.4.
Prosedur Percobaan
- Menyediakan tabung reaksi sebanyak tujuh buah, kemudian beri nomor pada
tabung reaksi
tersebut
- Mengisi ketujuh tabung reaksi tersebut
dengan 10 mL media kaldu nutrisi steril,
kemudian rendam bagian bawah dari tabung reaksi
tersebut dalam waterbath
pada suhu 50 oC
- Memasukan thermometer ke dalam tabung reaksi nomor 7 yang digunakan
sebagai pengontrol
-
Setelah thermometer
menunjukan 50 oC, disimpulkan bahwa suhu medium di
dalam semua tabung reaksi adalah 50 oC.
Kemudian menginokulasikan tabung reaksi
nomor 1 dengan Escherichisa Coli sebanyak satu tetes
-
Setelah 10
menit, mengangkat tabung nomor 1 dari waterbath pada suhu 50 oC
dan kemudian memasukan bagian bawah tabung reaksi
tersebut dalam bak yang berisi air yang suhunya antara 25-30 oC
-
Setelah
mengambil tabung reaksi nomor 1, naikkan suhu air dalam waterbath
tersebut dari 50 oC sampai 55 oC. Kemudian menginokulasi
tabung reaksi nomor 2 dengan satu tetes Escherichisa Coli . Setelah 10 menit tabung reaksi tersebut di pindahkan ke dalam bak air
yang bersuhu antara 25-30 oC
-
Naikkan suhu
air dalam waterbath dari 55 oC
menjadi 60 oC, kemudian
menginokulasi tabung reaksi nomor 3 seperti tabung reaksi terdahulu.
Setelah 10 menit, pindahkan ke dalam bak air yang bersuhu antara 25-30 oC
-
Naikkan suhu
air dalam waterbath dari 60 oC
menjadi 65 oC, kemudian
menginokulasi tabung reaksi nomor 4 seperti tabung reaksi terdahulu.
Setelah 10 menit, pindahkan ke dalam bak air yang bersuhu antara 25-30 oC
-
Lakukan prosedur yang sama setiap 10 menit dengan
menaikkan suhu air dalam
waterbath sebesar 5
oC untuk tabung reaksi nomor 5 dan 6
-
Biarkan tabung-tabung reaksi nomor 1,2,3,4,5 dan 6 dan
amati setelah
menginkubasi selama 24
jam.
9.5.
Data Pengamatan
Table 9.5.1 data hasil pengamatan
penentuan suhu maut mikroorganisme
Jenis
Mikroorganisme
|
Hari
Ke-
|
Tabung
Ke-
|
Suhu
(oC)
|
Secara makro
|
Secara mikro
|
|||
Escherichisa Coli
|
1
3
|
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
|
50
55
60
65
70
75
50
55
60
65
70
75
|
- warna : putih jernih
- bau : kaldu
- keadaan :
cair
- warna :
putih jernih
- bau : kaldu
- keadaan :
cair
- warna :
putih jernih
- bau : kaldu
- keadaan :
cair
- warna :
putih jernih
- bau : kaldu
- keadaan :
cair
- warna : putih jernih
- bau :
kaldu
- keadaan :
cair
- warna :
putih jernih
- bau :
kaldu
- keadaan : cair
- warna : keruh
- bau : tidak
berbau
- keadaan :
cair
- warna : keruh
- bau :
tidak
berbau
- keadaan :
cair
- warna : keruh
- bau :
tidak
berbau
- keadaan :
cair
- warna : keruh
- bau : tidak
berbau
- keadaan :
cair
- warna : keruh
- bau : tidak
Berbau
- keadaan :
cair
- warna : keruh
- bau : tidak
berbau - keadaan : cair
|
- L. Objektif :
4/0,1x
- L. Okuler : 10 x
- perbesaran : 400 x
- warna : hitam
- bentuk : serupa
batang
![]()
- L. Objektif : 10/0,25 x
- L. Okuler : 10 x
- perbesaran : 400 x
- warna : hitam
- bentuk : tidak
beraturan
![]() ![]() ![]() ![]()
- L. Objektif : 4/0,1 x
- L. Okuler : 10 x
- perbesaran : 400 x
- warna : hitam
- bentuk : tidak
beraturan
![]() ![]() ![]()
- L. Objektif : 4/0,1 x
- L. Okuler : 100 x
- perbesaran : 400 x
- warna : abu-abu
- bentuk : seperti
batang
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
- L. Objektif : 4/0,1 x
- L. Okuler : 100 x
- perbesaran : 400 x
- warna : hitam
- bentuk : tidak
beraturan
![]() ![]() ![]()
- L. Objektif : 4/0,1 x
- L. Okuler : 100 x
- perbesaran : 4000 x
- warna : hitam
- bentuk : tidak
beraturan
![]() ![]() ![]() |
9.6.
Pembahasan
-
Setelah suhu menunjukkan 50°C, kemudian
tabung 1 diinokulasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri
berwarna hitam dan berbentuk seperti batang dengan pembesaran 400x.
-
Setelah suhu menunjukkan 55°C, kemudian
tabung 2 diinokukasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri
berwarna hitam dan berbentuk tidak beraturan dengan pembesaran 400x.
-
Setelah suhu menunjukkan 60°C, kemudian
tabung 3 diinokukasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri
berwarna hitam dan tidak beraturan dengan pembesaran 400x.
-
Setelah suhu menunjukkan 65°C, kemudian
tabung 4 diinokukasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri
berwarna abu-abu dan berbentuk seperti batang dengan pembesaran 400x.
-
Setelah suhu menunjukkan70°C, kemudian
tabung 5 diinokukasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri berwarna
hitam dan berbentuk tidak beraturan dengan pembesaran 400x.
-
Setelah suhu menunjukkan 75°C, kemudian
tabung 6 diinokukasi dengan
Escherichisa
Coli
sebanyak satu tetes, dan diinkubasi selama 24 jam dan didapatkan bakteri
berwarna hitam dan berbentuk tidak beraturan dengan pembesaran 400x.
-
Dari data di atas ditemukan adanya
bakteri Escherichisa Coli yang hidup,
terbukti
dari pengamatan mikroskopi.
9.7.
Kesimpulan
-
Suhu
maksimal atau suhu maut bakteri Escherchisa Coli tidak dapat bertahan
hidup yaitu pada suhu 60°C selama 15 menit atau pada suhu 55°C selama 60
menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar